Pasti banyak diantara kita yang
belum mengetahui sejarah Masjid Al Aqsha, sehingga saat berbagai berita
mengenai penyerbuan masjid Al Aqsha oleh pasukan Israel ditayangkan di
media, kita terkadang tidak memperhatikan dan tidak menanggapinya.
Berikut ini sekilas sejarah Masjid Al Aqsha yang dikutip dari situs muallaf.com
Masjid
Al Aqsha di Palestina tercatat sebagai salah satu masjid tertua dan
memiliki nilai religius tinggi bagi umat Muslim. Sejarah bahkan
mencatat, masjid agung tersebut merupakan kiblat pertama sebelum
kemudian berganti ke Kabah. Terdapat beberapa hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari dan Muslim, yang menegaskan bahwa selama Nabi Muhammad
SAW bersama para sahabat berada di Madinah, mereka melaksanakan shalat
dengan berkiblat ke Masjid Al Aqsha. Hal ini terus dilaksanakan selama
enam belas bulan.
Hingga suatu hari, ketika Nabi Muhammad
SAW tengah menunaikan shalat di masjid di Madinah, turunlah QS Al
Baqarah (2) ayat 144 yang memerintahkan umat Muslim agar memalingkan
wajah (berkiblat) ke Masjidilharam (Fawalli wajhaka sathral
Masjidilharam). “Di mana pun berada, palingkanlah mukamu ke arah itu (wa
khaitsu ma kuntum fa wallu wujuhakum syatrahu).” Sebenarnya Rasulullah
sendiri telah mendambakan turunnya perintah perubahan kiblat ini. Dalam
satu riwayat menyatakan bahwa Rasulullah seringkali menengadahkan wajah
ke langit, memanjatkan doa agar turun wahyu yang memerintahkan menghadap
ke Baitullah.
Kendati demikian, dengan adanya perubahan kiblat ini, Islam tidak lantas ‘meminggirkan’ kedudukan Masjid Al Aqsha. Bagaimana pun kitab suci Alquran telah menempatkan masjid tersebut dalam kemuliaan khususnya pada saat peristiwa Isra Miraj-nya Nabi Muhammad SAW. “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Isra [17]:1)
Kendati demikian, dengan adanya perubahan kiblat ini, Islam tidak lantas ‘meminggirkan’ kedudukan Masjid Al Aqsha. Bagaimana pun kitab suci Alquran telah menempatkan masjid tersebut dalam kemuliaan khususnya pada saat peristiwa Isra Miraj-nya Nabi Muhammad SAW. “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Isra [17]:1)
Peristiwa itu terjadi kira-kira pada
tahun kesembilan (620 M) dari penyebaran Islam oleh Rasul. Di malam yang
hening, dengan didampingi Malaikat Jibril, Nabi Muhammad SAW lantas
singgah di Al Aqsha dalam perjalanan Isra Miraj untuk menerima perintah
shalat. Masjid Al Aqsha merupakan sebuah masjid bersejarah bagi umat
Islam yang terletak di jantung kota Jerusalem. Masjid itu juga adalah
bagian dari awal sejarah dimulainya penyebaran agama Islam.
Tidak ada catatan pasti, kapan tepatnya
dan oleh siapa Masjid Al Aqsha ini didirikan. Namun satu riwayat
menyebut, bahwa Nabi Adam AS-lah yang pertama kali membangun masjid ini
setelah ia membangun Baitul Haram. Namun seiring perjalanan waktu,
bangunan tersebut roboh, hingga beberapa abad kemudian, Nabi Daud AS
membangunnya kembali. Nabi Sulaiman AS akhirnya menyempurnakan lagi
masjid itu. Adapun sebuah hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dzar
dan dikutip oleh Al-Alusi, menyatakan, masjid ini dibangun oleh Nabi
Yakub AS sekitar 40 tahun setelah kakeknya yakni Nabi Ibrahim AS
mendirikan Kabah di Makkah.
Tahun 638 M, beberapa tahun setelah
wafatnya Nabi Muhammad SAW, Khalifah Umar bin Khattab untuk pertama
kalinya melakukan pengembangan Masjid Al-Aqsha. Pengembangan ini
berlanjut sampai pada masa kepemimpinan Al-Walid (705M) yang meliputi
kubah masjid (The Dome of Rock) dan bangunan di sekelilingnya. Sejak
saat itu, renovasi bangunan masjid terus dilakukan. Hal ini antara lain
berkaitan dengan bertambahnya jumlah jamaah tanpa mengubah bentuk dasar
bangunan yang telah berusia sekitar 13 abad. Demikianlah hingga membuat
Masjid Al-Aqsa selalu dimuliakan oleh segenap umat Islam.
Di samping menjadi tempat peribadatan
umat Muslim, Al-Aqsha juga menjadi tempat penimbaan ilmu agama Islam
baik Alquran maupun hadis. Imam Al-Ghazali merupakan salah satu ilmuwan
besar Islam pada abad ke-11 yang memperdalam pengetahuannya di tempat
ini. Menyangkut nama Masjid Al-Aqsha, terdapat perbedaan pendapat dari
para ulama. Seperti dikutip dari buku Ensiklopedi Islam, sebagian ulama
berpendapat bahwa masjid ini disebut aqsha (jauh) karena letaknya yang
cukup jauh dari Masjidil Haram di Makkah. Menurut Al-Alusi, jarak kedua
masjid ini 40 malam perjalanan dengan mengendarai unta.
Sementara pendapat yang lain menyatakan
masjid ini disebut aqsha karena masjid ini bebas dari kotoran, tempat
turun malaikat, dan wahyu serta kiblat para nabi sebelum Rasulullah SAW.
Hal ini dibenarkan pula oleh Ibn Khaldun yang menurutnya masjid itu
merupakan tempat para nabi beribadah. Tidak ada satu jengkal pun tanah
di areal masjid itu yang tidak dipakai para nabi dan malaikat guna
melaksanakan ibadah. Bentuk asli bangunan Masjid Al Aqsa berupa serambi
kiblat, tidak memiliki lapangan di tengah, sebagaimana masjid pada
umumnya.
Walaupun telah beberapa kali mengalami
renovasi maupun perbaikan besar-besaran, utamanya setelah gempa besar
tahu 1916, akan tetapi bentuk bangunan asli tetap dipertahankan. Kaum
Yahudi punya pandangan sendiri menyangkut Masjid Al Aqsa. Mereka amat
percaya bahwa di salah satu dinding pada masjid ini dibuat dari tempat
ibadah (haekal) Nabi Sulaiman AS. Inilah yang menjadikan alasan mereka
terus menerus berupaya menghancurkan Masjid Al Aqsha.
Bergabung Yuk di ICT Laboratory Forum
Diskusi tentang Cryptography dan Internet Security. Kunjungi http://forum.ictlab.org
Diskusi tentang Cryptography dan Internet Security. Kunjungi http://forum.ictlab.org
sumber: